Jumat, 04 Januari 2013
Manusia dengan daya tahunya serta daya capainya mampu membuat
sebuah karya yang berbudaya. Maka kalau seandainya diketahui bahwa alat yang
dibuatnya itu tidak mencapai sesuatu yang terlalu baik bagi tujuannya maka
diusahakan perbaikannya terus-menerus. Jadi kebudayaan sebenarnya memiliki arti
penting dan sekaligus sangat diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena melalui budaya inilah kebudayaan menjadi seni yang hidup
senapas dengan mekarnya rasa keindahan yang tumbuh dalam sanubari manusia dari
masa ke masa dan hanya dapat dinilai dengan ukuran rasa.[1]
Warisan nenek moyang yang mendarah daging ini diperkenalkan
turun-menurun dan menjadi tradisi yang terus dijaga kelestariannya hingga saat
ini, meski sebenarnya ada sebagian tradisi yang punah. Salah satu kesenian
tradisional yang masih cukup lestari adalah tradisi membaca shalawat Nariyah
sebanyak 4444 kali, dalam kenyataannya tradisi ini bernapaskan islam dan merupakan
hasil usaha Tokoh masyarakat kampung Sukamanah desa Kabasiran Rt 02/01
kecamatan Parungpanjang-Bogor yang sangat menjunjung nilai-nilai luhur shalawat
ini.
B.
Pengertian shalawat nariyah
Shalawat Nariyah adalah sebuah shalawat yang disusun oleh Syekh
Nariyah. Syekh ini hidup pada zaman Rasulullah Saw. Dan termasuk salah satu
sahabat nabi. Ia menekuni bidang ketauhidan. Ia juga selalu melihat kerja keras
Rasulullah Saw. Dalam menyampaikan wahyu Allah Swt,. Mengajarkan agama islam,
amal saleh dan akhlaqul karimah, sehingga ia pun selalu berdo’a kepada Allah Swt dan.
Memohon keselamatan serta kesejahteraan untuk Rasulullah Saw. Perlu di
ketahui bahwa do’a-do’ayang menyertakan nabi biasa disebut shalawat.
Diriwayatkan, suatu malam Syekh Nariyah membaca shalawatnya
sebanyak 4444 kali. Setelah itu, ia mendapat karomah dari Allah Swt. Maka,
dalam suatu majelis, ia mendekati Rasulullah Saw. Dan meminta dimasukan ke surga
pertama kali bersama beliau.
Rasulullah Saw. pun mengiyakan permintaan Syekh Nariyah. Saat,itu
ada salah seorang sahabat cemburu dan meminta dido’akan seperti Syekh Nariyah. Namun,
beliau mengatakan tidak bisa karena Syekh Nariyah sudah meminta hal tersebut
lebih dahulu.
Mengapa permintaan sahabat itu ditolak oleh Rasulullah Saw, sedangkan
permintaan Syekh Nariyah dikabulkan ? sebab, setiap malam, Syekh Nariyah mendo’akan
keselamatan dan kesejahteraan Rasulullah Saw. Orang yang mendo’akan beliau,
pada hakikatnya adalah berdo’a untuk dirinya sendiri. Sebab, Allah Swt. sudah
menjamin nabi-nabi-Nya. Sehingga do’a itu berbalik kepadaorang yang
mengamalkannya dan mendatangkan keberkahan yang kuat. Dengan begitu, Rasulullah
berperan sebagai wasilah yang bisa melancarkan do’a umat yang bershalawat kepadanya.[2]
Berikut nash shalawatnya:
اللَّهُمَّ
صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تَامًّا عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
الَّذِيْ تُنْحَلُ بِهَ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ
الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِيْمِ وَيُسْتَسْقَى
الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ كُلِّ
مَعْلُوْمٍ لَكَ
“Ya Allah, berikanlah shalawat yang sempurna
dan salam yang sempurna kepada Baginda kami Muhammad yang dengannya terlepas
dari ikatan (kesusahan) dan dibebaskan dari kesulitan. Dan dengannya pula
ditunaikan hajat dan diperoleh segala keinginan dan kematian yang baik, dan
memberi siraman (kebahagiaan) kepada orang yang sedih dengan wajahnya yang
mulia, dan kepada keluarganya, para shahabatnya, dengan seluruh ilmu yang
engkau miliki.”
Adapun
keutamaan shalawat nariyah adalah sebagai berikut:
a.
Allah
swt akan melenyapkan kesedihan dan kedukaan, serta menghapus kesedihan dan
bahaya yang menimpa orang yang membacanya.
b.
Allahswt
akan memudahkan segala urusan orang tersebut, memberikan cahaya kepada hatinya,
dan meninggikan martabatnya.
c.
Allah
swt akan membuat rezekinya, dan membukakan baginya semua pintu kebaikan dan
kebajikan secara berlimpah.
d.
Allah
swt akan mengamankannya dari bencana yang menimpanya pada masanya serta
menyelamatkannya dari malapetaka kelaparan dan kemiskinan.
e.
Allah
swt akan menjadikan dirinya dicintai oleh semua orang.
f.
Dan,
tidak sekali-kali ia memohon sesuatu kepada allah swt, melainkan dia akan
memberinya.[3]
C.
Sekitar Sejarah dan Perkembangan Tradisi Baca Shalawat Nariyah 4444
Kali
Tradisi baca Shalawat Nariyah 4444 kali ini lahir dari inspirasi almarhum
KH Muhammad zen ketika menuntut ilmu di
Maribaya dan merupakan amalan gurunya yaitu Mama Maribaya, yang rutin
melapalkan baca Shalawat Nariyah sebanyak 4444 kali bersama santri-santrinya
dan masyarakat maribaya dilaksanakan ketika ba’da shalat magrib sampai waktu
shalat isya tiba. Menurut beliau saya
ingin mendapatkan keberkahan dari shalawat ini dan sekaligus beribadah kepada
Allah Swt.[4]
Tradisi baca Shalawat Nariyah 4444 kali ini tidak diketahui dengan
pasti kapan mulai di dilaksanakan tapi yang jelas tradisi baca Shalawat Nariyah
4444 kali dilaksanakan di Sukamanah desa Kabasiran Rt 02/01 kecamatan
Parungpanjang-Bogor ini ketika pindahnya KH Muhammad zen ke sukamanah akibat
peristiwa kebakarannya pondok pesantren Nurul Hikmah.
Mengenai perkembangan Tradisi baca Shalawat Nariyah 4444 semakin
dibenahi, diatur dan disesuaikan dengan keadaan. Maksudnya ketika keadaannya
ada tahlilan, selamatan, akan dilakukan tempat pembacaan baca Shalawat Nariyah
4444 ke tempat yang mempunyai hajat, tentunya kalau bertepatan dengan malam
rutinitas (malam jum’at) membaca Shalawat Nariyah.
D. Persiapan dan Jalannya Pembacaan Shalawat Nariyah 4444 Kali
Dalam persiapan pembacaan Shalawat Nariyah 4444 kali, diperlukan
adanya batu yang berukuran sebesar kelereng sebanyak 4444 sebagai syarat
kelengkapan. Hal ini bertujuan agar jumlah bacaan Shalawat Nariyah ini
berjumlah 4444. Selanjutnya ketika tiba shalat magrib jama’ah langsung
berkumpul di masjid, biasanya yang berkumpul orang tua, pemuda ibu-ibu dan
anak-anak. Hal ini menandakan sangat antusiasnya masyarakat terhadap tradisi
bacaan shalawat Nariyah ini.
Setelah semuanya berkumpul acara dilanjutkan dengan membaca Hadorot,
selesai membaca hadorot langsung membaca
Shalawat Nariyah 4444 secara bersama-sama, setiap orang yang selesai
membaca satu shalawat maka harus mengambil satu batu begitu seterusnya sampai
batu habis dan ini menjadi pertanda bahwa bacaan Shalawat Nariyah sudah berjumlah 4444.
Selesai membaca shalawat dilanjutkan dengan pembacaan surat yasin sekali yang
dilapalkan secara bersama-sama dengan para jama’ah (masyarakat sekitar yang
hadir) dan selanjutnya dilanjutkan dengan pembacaan do’a yang dilakukan oleh
tokoh masyarakat dan di amieni oleh para jama’ah . Biasanya setelah acara
benar-benar selesai acara selanjutnya adalah makan-makan, berupa makanan ala
pedesaan seperti papais, ranginang, nasi uduk, kopi dan sebagainya tergantung kemampuan
warga masyarakat sekitar yang menyumbangkan makanannya untuk kepentingan
Tradisi baca Shalawat Nariyah.
E.
Penutup
Bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks, yang di dalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat
dan kemampuan lainnya, serta kebiasa yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.[5]
Berdasarkan pengertian ini Maka adat istiadat atau tradisi dapat ditarik kesimpulan sebagai suatu
perbuatan manusia atau masyarakat yang memiliki fungsi untuk menimbulkan
kesenangan yang bersifat estetika pada orang yang mengalaminya. Dalam tradisi
baca Shalawat Nariyah 4444 kali ini masyarakat ditempatkan sebagai mahluk
sosial yang berusaha menimbulkan kesenangan yang dijadikan sarana untuk meraih
keberkahan dengan menunjukan kepercayaannya pada Tuhan. dan Sebagai salah satu tradisi tradisional bangsa
Indonesia maka tradisi Shalawat Nariyah layak dilestarikan sebagai bukti bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab.
Daftar Pustaka
Al-Hamidi, M.T., Resep Dahsyat Menjadi Muslim Miliader,
Yogyakarta: Pustaka Almazaya, 2012.
Prasetya, Joko Tri, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009.
Jurnal agama dan budaya Tsaqo’fah vol. 09 no. 02 (Juli-Desember)
2011, Serang: diterbitkan Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fak. Tarbiyah dan
Adab IAIN SMH Banten, hlm 104.
Hasil wawancara dengan al-marhum KH: Muhammad Zen
Hasil wawancara dengan Ustad Muji yang merupakan menantu dari
al-marhum KH: Muhammad Zen
[1] Jurnal agama
dan budaya Tsaqo’fah vol. 09 no. 02 (Juli-Desember) 2011, Serang: diterbitkan
Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fak. Tarbiyah dan Adab IAIN SMH Banten, hlm
104.
[2] M.T.
al-Hamidi, Resep Dahsyat Menjadi Muslim Miliader, Yogyakarta: Pustaka
Almazaya, 2012, hlm 129.
[3] Wawancara
dengan Ustad Muji yang merupakan menantu dari al-marhum KH: Muhammad Zen
[4] Pengakuan ini
merupakan hasil wawancara dengan beliau ketika masih hidup.
[5] Joko Tri
Prasetya dkk, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009, hlm 29.
1 komentar:
Bagus sekali ulasannya , Ijin Share ya terima kasih
Posting Komentar